Resensi : Novel Mecca, I'm Coming !
Resensi Novel Mecca, I'm Coming!
oleh : Siti Koriah
Judul
|
: Mecca, I'm Coming!
|
Penulis
|
: Salamun Ali Mafaz
|
Penerbit
|
: Republika Penerbit
|
Jumlah halaman
|
: vii + 199
|
Kota terbit
|
: Jakarta
|
Tahun terbit
|
: September 2019
|
Cetakan
|
: I
|
Salamun Ali Mafaz, lahir di Cirebon tanggal 24 Januari 1987. Seorang alumnus Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura. Menempuh studi sarjananya pada Islamic College for Advance Studies Paramadina Jakarta, dan studi masternya di Pascasarjana Universitas Nahdlatul Ulama (UNUSIA) Jakarta program Sejarah Kebudayaan konsentrasi Islam Nusantara. Salamun Ali Mafaz tumbuh dan berkembang di lingkungan pesantren.
Selain novel Mecca, I'm Coming!, goresan tinta pena-nya juga melahirkan sejumlah novel yang lain, yaitu Pesantren Seribu Bulan, Alhamdulillah Mekkah, Haji Beken, 309 Malam, Bismillah Aku Rindu Mekkah, Satu Rahim Satu Cinta, Ketika Cinta tak Seindah Surga, Angry Boss, Pulang Malu Ndak Pulang Rindu, Haji Hoax.
Salamun pandai membawa perasaan pembaca karyanya lewat jalan cerita yang sederhana dan kekinian. Novel ini mempunyai tema yang unik, tentang percintaan dan sarat akan nilai sosial. Dimuat dengan nuansa komedi, romantis, haru, bahagia, dan marah, menjadikan novel ini tidak monoton dan penuh kejutan.
Novel ini menceritakan tentang kehidupan sepasang kekasih bernama Eddy dan Eni yang tinggal di sebuah desa bernama Timpik. Keduanya terikat tali asmara yang sangat kuat. Namun, Ayah Eni tidak setuju dengan kedekatan mereka, dan sudah menyiapkan calon suami untuk Eni. Tentu saja Eddy minder dengan pilihan Ayah Eni, seorang pemuda bernama Pietoyo yang memiliki kududukan sosial tinggi. Sedangkan Eddy hanyalah anak dari seorang Ibu Ramah, dan Bapaknya sudah meninggal di Mekkah saat berhaji.
Menurut saya, novel ini begitu simpel sehingga tak harus menghabiskan waktu berlama-lama untuk menghabiskan 199 halamannya. Sehari cukup, hehe. Jadi, saking singkatnya terkesan buku ini terlalu sedikit ceritanya, tiba-tiba kok sudah selesai begitu. Tapi, ala kulli haal novel ini keren, bahkan sampai dimodifikasi oleh sutradara untuk dijadikan film, yang awal bulan kemarin tayang 'kan? Sayangnya, belum sempat saya tonton wabah Covid-19 sudah menyapa.
Sinopsis
Kisah ini dimulai dengan prosesi penyambutan Haji Soleh dari Mekah sepulang dari ibadah haji. Sudah menjadi kebiasaan di desa Timpik, bagi seseorang yang pulang haji disambut dengan perayaan yang mewah. Mulai dari jemputan mobil spesial, iringan rebana, spanduk besar di masjid, aksi tebar oleh-oleh di jalanan, sampai kepada kunjungan ke rumah seseorang yang bergelar haji. Tidak cukup sampai di situ, acara dilanjutkan dengan syukuran warga dan penyampaian sambutan dari seseorang yang sah bergelar haji. Walaupun sebaliknya. Haji Soleh adalah Ayah dari seorang gadis yang dicintai oleh Eddy Arrosyid. Nama gadis itu adalah Eni Arum Sekar Wangi Jagad Setyorini Wijayawati.
Eddy Arrosyid atau yang dipanggil Eddy adalah supir mobil jemputan Haji Soleh yang berhasil meluluhlantakkan perjalanan pulang ke rumah Haji Soleh. Sebuah peristiwa yang tidak pernah disangka-sangkanya terjadi. Mobil jemputan yang baru keluar dari bengkel miliknya itu belum dipasangi kanvas rem, kecelakaan menabrak petani pemilik grobak tidak dapat dielakkan. Eni yang duduk disampingnya pun ikut menjadi korban. Sumpah serapah penumpang mobil yang terdiri dari haji Soleh dan anak buahnya pun tak dapat dihindarkan. Eddy sehari-hari bekerja sebagai pemilik bengkel di desa Timpik bersama dua temannya, Maman dan Gogot. Ibunya bernama Ramah, punya usaha catering yang sering dipesan oleh ibu-ibu pengajian desa itu. Sedangkan Bapaknya, sudah meninggal sewaktu pergi haji bersama ibunya. Bengkel, bagi Eddy adalah hidupnya. Ketika ia gundah gulana akibat rindu kepada Eni, atau kesedihan karena Ayah Eni telah menyiapkan pria lain untuk Eni, ia tumpahkan di bengkelnya. Meski bengkel itu kelak bukan miliknya lagi.
Malang nasib cinta Eddy-Eni yang terhalang restu dari Haji Soleh. Ayah Eni lebih memilih kepada pria lain yang lebih kaya daripada Eddy. Kekayaannya telah mampu membantu usaha telur asin milik Haji Soleh. Nah, sebagai bentuk terima kasihnya, maka Haji Soleh menjodohkan Eni dengan pria sok kaya ini, Pietoyo Jarwo Kuncoro. Pria sombong yang akhlaknya awut-awutan, tapi banyak harta.
Sedangkan Eddy? Pria yang sederhananya ndak ketulungan. Datang menghadap ke Haji Soleh hanya dengan menunggangi sebuah vespa butut yang mesinnya kadang hidup kadang mati. Ia menegosiasi perjodohan Eni-Pietoyo, awal mulanya ia berdalil denga kekuatan cinta yang menyala dan tak terkalahkan. Argumen itu terpatahkan lewat jaminan materi yang dijanjikan oleh Peitoyo. Sekali datang, Eddy tak berhasil. Ia diberi kesempatan lagi untuk mengahadap. Akhirnya sebuah keputusan besar diambil oleh Eddy, bengkel dijual. Ternyata, kabar penjualan bengkel sampai ke telinga Eni, dan tentu saja membuat Eni sedih bukan kepalang, karena ia tahu bahwa bengkel adalah bagian penting dari hidup Eddy. Tapi, apa hendak dibuat, titah Ayah tak dapat dibantah.
Uangnya? Mau diapakan? Melamar Eni atau pergi haji menunaikan janji sang Bapak? Ahh, sebuah dilema yang berat. Ibu Ramah pernah berkata kepada Eddy, bahwa dulu sebelum meninggal, Bapaknya pernah berpesan kepada Eddy agar menziarahinya di sana. Eddy terjebak dalam kebingungan. Di satu sisi sosok bunga hati yang dicintainya akan menjadi milik orang, di sisi lain, janji Bapak juga sebaiknya ditunaikan, mumpung ada duitnya. Siang berganti malam, sampai kembali malam lagi. Begitulah beberapa hari terjadi. Tak lama, Eddy kembali menghadap Haji Soleh dengan gagah dan berani. Tatapannya tajam, sehingga Haji Soleh harus mengalihkan pandangan matanya. Pietoyo pun begitu. Dengan lantang ia berkata, "Saya akan pergi berhaji". Sontak semua terkejut. Sebab, status Haji di desa Timpik memiliki posisi yang tinggi dan penting. Tak masalah bagi Eni, dengan hal ini. Ia dan Ayahnya pun setuju untuk menunggu. Tapi takdir siapa yang tahu, Edy ditipu. Ageb perjalanan Haji dan Umroh yang didapatnya dari tukang parkir itu, telah membawa kabur uang yang dibayarkan Eddy dengan modus Haji Plus, tak tahunya hanya garapan syuting sebuah film naik haji. Kasian sekali Eddy, pulang tak berani tak pulang rindu Eni.
Fajrul, si pria Papua adalah salah satu diantara banyaknya orang dari generasi ke generasi yang juga tertipu oleh agen perjalananyang pengelolanya bernama Amri. Pemilik agen yang terdeteksi pemilik nama palsu. Perjalanan mereka hanya sampai ibukota, tak sampai ke Masjidil Haram. Malah mereka ditampung oleh Haji Rojak yang juga mantan penipuan pada masanya tapi berhasil naik haji sendiri. Mereka menghabiskan waktu dengan berdagang oleh-oleh haji. Sedang Fajrul, sibuk fotografi. Kabar kepergian haji terus dikirim oleh Eddy ke Eni lewat foto yang diedit latar belakangnya. Fajrul ahli di bidang ini. Sampai suatu ketika, misi kebohongan ini terungkap oleh Eni lewat akun youtuber muda desa Timpik. Hancur tak berkeping hati Eni melihat dibohongi Eddy. Sedangkan ibu Ramah menderita sakit mendengar kabar ini. Eddy pulang menjenguk Sang Ibu. Suka tidak suka, gunjingan untuk Eddy dimana-mana. Haji Plasu. Haji Hoax. Haji Penipu. Kasian sekali!
Hari pernikahan Eni-Pietoyo telah disepakati dan akan dilangsungkan esok hari. Eddy bingung bukan kepalang apa yang harus dilakukan, uang habis dibawa kabur penipu, kekasih hati akan dibawa pergi orang lain. Kawin lari? Tidak mungkin.
Tepat hari akad, tiba-tiba masyarakat gaduh karena mempelai perempuan menghilang entah kemana. Eddy dituduh warga telah menculik Eni, padahal ia tidak tahu kalau kekasihnya hilang. Hiruk pikuk suasana pencarian Eni. Daaaaaan ... ketemu .... Eni tengah tersedu-sedu dengan pakaian pengantinnya di tepi sebuah jurang. Sedangkan Haji Soleh berada di seberang jurang. Mereka tak dapat berkomunikasi, kecuali jika Haji Soleh mengacungkan telunjuknya ke atas dan semakin dekat ke Eni, semacama fungsi antena mungkin dan dibantu mikrofon. Eni menangis, menyesalkan perjodohan yang dilakukan Ayahnya. Lama sekali dialog Ayah dan anaknya itu terjadi di hadapan warga. Eddy pun ikut nimbrung. Mereka mengira Eni mau bunuh diri.
Setelah dialog selesai, Eni tersenyum dan Haji Soleh tersedu menyesali perbuatannya, seketika dinikahkannya Arum Sekar Wangi Jagad Setyorini Wijayawati dengan Eddy Arrosyid dengan maskawin ... (Eddy merogoh saku celananya) cincin, dibayar tunai. "Saya terima nikahnya .... " "Sah?" "Saaah ...." Berbahagialah keduanya, setelah melewati perjalanan panjang. Keramaian itu juga didatangi dua orang yang dikenal Eddy. Fajrul dan Pak Somad bosnya Fajrul. Pak Somad adalah teman seangkatan Haji Soleh yang sama-sama ditipu pada waktu itu. Jadi, kepulangan Haji Soleh dulu, adalah pulang dari masa bertahan menahan rasa malu karena ditipu, bukan pulang dari bertamu ke rumah Baitullah.
Saya merekomendasikan teman-teman untuk membaca novel ini di waktu luangnya, karena banyak pelajaran yang bisa diambil dari sini. Kejadian ini bisa saja menghampiri siapapun. :)
"Perjalanan ibadah haji merupakan panggilan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang sudah mampu. Kalau Alah menghendaki, maka siapaun pasti akan bisa menjadi tamu-Nya. Dan praktik penipuan atas nama dan birokrasi kerap kali terjadi di sekitar kita." (kutipan novel)
Demikian resensi novel Mecca, I'm Coming!
Semoga bermanfaat!!!
Jadi ingin baca novelnya min ^o^
BalasHapusSilakan baca! Tapi jangan lupa beli dulu novelnya .... Hehe
HapusMenarik sekali. Jadi ingin baca novelnya 😊
BalasHapusSilakan baca! :)
Hapus